Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalau ada orang yang menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak[1] atau separonya dari yang telah mereka infakkan. (Mashabih Assunnah)

[1] Satu cupak kurang lebih 1 Ons

Kamis, 29 Maret 2012

Usamah Bin Zaid



Usamah Bin Zaid
Oleh:Hamba Allah

Nasabnya

Usama bin zaid bin Haritsah Syarakhil bin Abdul Uzza ibn imri'il Qois, ibunya bernama Ummu Aiman seorang wanita Habsyi, bekas sahaya ibunda Rasululah Aminah binti Wahab.Dialah yang mengasuh Rosulullah waktu kecil, selagi ibundanya masih hidup dan yang merawat setelah ibunya wafat.Adapun bapaknya adalah kesayangan Rasulullah. Beliau pernah mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya sebelum ia Islam.Dia menjadi sahabat beliau tempat mempercayakan segala rahasia. Dan dia menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah tangga beliau dan orang yang sangat beliau kasihi dalam Islam.

Kelahiranya.

Ia lahir pada tahun ketujuh sebelum hijrah.Ketika itu Rasulullah sedang mengalami kesulitan karena tindakan kaum Quraisy yang menyakiti beliau dan para sahabat.kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah menyebabkan beliau sentiasa bersabar.Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya memancar memberikan hiburan yang mengembirakan.Seorang pembara berita mengabarkan kepada beliau,"Ummu Aiman melahirkan anak laki-laki"wajah rasulullah berseri-seri  karena gembira menyambut berita tersebut.Siapakah gerangan bayi yang berbahagia itu?sehinga kelahiranya dapat mengobati hati rasulullah yang sedang duka,berubah menjadi gembira .Itulah dia Usamah bin Zaid.Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah bersuka cita dengan kelahiran bayi tersebut.Karena mereka tahu kedudukan kedua orang tuanya disisi Rasulullah.kaum muslimin pun turut gembira dengan kelahiran Usamah,melebihi kegembiraan mereka atas kelahiran bayi-bayi lainya.

Fisiknya

Mengenai rupa dan bentuk lahirnya,tidak disiapkan untuk keahlian,walau pekerjaan apapun.Sebagaimana dikisahkan para sejarawan dan ahli-ahli riwayat,kulitnya hitam gelam , hidungnya pesek.,sangat mirip dengan ibumya wanita Habsyi.
Julukanya

Ia mendapat julukan Abu Muhammad,Abu Haritsah dan Abu Yazid.Ia digelari ,"Kesayangan ,Putera dari kesayangan"Karena sayangnya Rasulullah kepada Usamah dan bapaknya.Bapaknya adalah pelayan Rasulullah yang lebih mengutamakanya dari ibu bapak dan kaum keluarganya.,dan oleh rasulullah dihadapkan kepada sahabat-sahabatnya ,seraya berkata:"Saya persaksikan kepada kamu sekalian bahwa Ziid ini adalah putraku ,yang akan menjadi ahli warisku dan aku akan menjadi ahli warisnya ………maka terkenallah namanya di kalangan muslimin sebagai Zaid bin Muhammad,sampai dihapusnya kebiasaan mengambil anak angkat oleh Al-Quranul Karim
Kedudukanya

Usamah bin Zaid sepanjang  hidupnya berada di tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin.Karena ia senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah dengan sempurna,serta memuliakan pribadi rasul.Begitu sayangnya Rasulullah kepada Usamah,pada suatu kali ia tersandung di bendul pintu,hinga keningnya luka dan berdarah.Rasulullah menyuruh  Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah,tapi ia tak mampu melakukanya.Karena itu beliau berdiri mendapatkan Usamah lalu beliau isap darah yang keluar dari lukanya, kemudian beliau ludahkan.
Tatkala Umar bin Kahthab diprotes oleh putranya Abdullah bin Umar,karena melebihkan jatah dari jatah Abdullah sebagai putra khalifah.Abdullah bin Umar berkata :"Wahai bapak! Bapak memberikan jatah tuk Usamah empat ribu, sedang kepada saya hanya tiga ribu.padahal jasa bapaknya tidak akan lebih banyak dari jasa bapak.Begitu pula pribadi Usamah,tidak ada keistimewaanya dari pada saya."Jawab Umar :"Wah….jauh sekali!bapaknya lebih disayangi Rasulullah daripada bapakmu.Dan  Usamah lebih disayangi dari pada kamu".mendengar keterangan ayahnya Abdullah bin Umar rela jatah Usamah di lebihkan dari pada dia sendiri. Jika umar bertemu dengan Usamah maka ia menyapa dengan ucapan " marhaban bi amiiri " ! ( selamat wahai komandanku ) jika ada orang yang heran sapaan umar tersebut maka ia menjelaskan rasulullah pernah mengangkat usamah menjadi komandan saya ."



Perjalanan Hidupnya.

Sejak ia meningkat remaja,kelihatan pada dirinya sifat-sifat dan budi pekerti yang mulia..Dia cerdik ,pintar,pemberani,bijaksana,dan pandai meletakan sesuaatu pada tempatnya yang menyebabkan dirinya dekat ke hati Rasulullah dan besar dalam pandangan Rasul.Ia adalah putra dari sepasang suami-istri islam yang mulia dan termasuk golongan "As-Sabiqunal Awwalun "dan paling dekat serta paling cinta kepada Rasulullah.Ia juga termasuk diantara putra-putra islam yang murni,dilahirkan dalam keislaman dan disusukan dari sumber yang bersih tanpa dikotori oleh debu jahiliyah  yang gelap gulita.
Waktu terjadi perang Uhud ,Usamah bin Zaid datang kehadapan Rasulullah beserta serombongan anak-anak sebayanya.mereka ingin turut jihad fi sabilillah .sebagian mereka diterima Rasulullahdan sebagian lagi ditolah oleh beliau,karena usia mereka yang masih sangat  muda.Usamah sendiri ditolak belaiu,karena itu ia pulang sambil menangis.Ia sedih lantaran tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah.dalam perang Khandaq ,Usamah bin Zaid datang pula bersama-sama kawan-kawannya.Ia berdiri tegap di hadapan Rasulullah agar kelihatan lebih,agar diperkenankan turut berperang.Rasulullahkasihan melihat Usamah yang keras hat iingin turut berperang .karena itu beliau mengizinkanya.ketika itu ia baru berumur 15 tahun.ketika perang Hunain berkecamuk,pasukan muslimin terdesak hinga barisan mereka kacau balaut.tapi ia tetap bertahan bersama para sahabat,'Abbas paman Rasulullah,Sufyan bin Harits anak paman Usamah dan enam orang sahabat lainya.Denga sisa pasukan inilah Rasulullah berhasil berhasil mengembalikan kekalahan menjadi kemenangan bagi kaum muslimin dan menyelamatkan kaum muslimin yang lari dari kejaran musuh.
Menginjak umurnya kira-kira 18 tahun, ia turut perang Mu'tah di bawah komando ayahnya,Zaid bin haritsah.Dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri ayahnya gugur sebagai syuhada`.Tapi ia tak takut dan mundur.bahkan ia terus bertempur dengan gigih di bawag komando Ja`far bin Abi Thalib,hinga ja`far syahid pula di hadapanya.kemudian ia menyerbu di bawah komando Abdullah bin Rawahah,sampai pahlawan ini gugur pula menyusul kedua sahabatnya.yamg syahid lebih dulu.Kemudian komando dipegang Khalid bin Walid.dan bertempur bersamnanya dengan sisa pasukan yang ada,kaum muslimin akhirnya melepaskan cengkeraman tentara romawi.
Sesusai peperangan ,ia kembali ke madinah dengan menyeraahkan jasad ayahanya  kepadfa Allah .Jasad ayahnya ia tinggalkan di bumi syiria dengan mengenang segala kebaikannya.Walaupun usianya masih muda belia,tapi ia telah menjadi seorang mukmin tangguh dan muslim yang kuat,yang siap sedia memikul tanggung jawab keimanan dan Agama nya yang membaja dengan kecintaan yan mendalam dan kemauan yang membaja,ia juga seorang yang rendah hati ,serta mati-matian tak kenal batas bnerjuang di jalan Allah dan Rasul-Nya.Disamping itu, Ia merupakan kelinci percobaan perbedaan warna kulit yang sengaja hendak dihapus dan dilenyapkan oleh Islam.Maka si hitam pesek ini telah merebut kedudukan tinggi di hati Nabi dan barisan kaum muslimin karena ketakwaanya kepada Allah.
Pada tahun kesebelas hijriyah Rasulullah memerintahkan supaya menyiapkan bala tentara untuk menyerang Rum.Dalam pasukan itu terdapat Abu Bakar ,Umar Saad bin Abi Waqqash,Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat lainya.Dalam usianya yang belum genap 20 tahun Rasulullah mengangkat ia menjadi panglima pasukan yang akan diberangkatkan. Di kalangan kaum musliumin tersinar desas-desus keberatan mereka terhadap putusan ini. Mereka mengangap tidak tepat mengangkat seorang pemuda yang masih hijau seperti Usamah bin Zaid tuk memimpin suatu pasukan tentara yang di dalamnya ada tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar.Bisik-bisik ini sampai ke telinga Rasulullah.lalu beliau naik mimbar lalu menyampaikan puji syukur kepada Allah dan bersabda : "Sebagian orang mengecam pengangkatan Usamah Bin Zaid sebagai panglima ….!sebelum ini mereka juga telah mengecam pengangkatan ayahnya….!Walau ayahnya itu layak menjadi panglima !Dan Usamah pun layak untuk jabatan itu!ketika bala tentara sedang bersiap-siap menunggu perintah berangkat,Rasulullah sakit dan semakin hari sakit beliau bertambah keras.Karena itu keberangkatan pasukan ditanguhkan menungu keadaan Rasulullah membaik.tidak berapa lama kemudian,Rasulullah pulang ke rahmatullah.Tetapi ia telah meningalkan pesan kepada sahabatnya untuk berperang di bawah komando Usamah bin Zaid.Abu Bakar Shidiq terpilih dan dilantikmenjadi khalifah.Ia memerintahkan supaya meneruskan pengiriman tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.Wsiat ini di junjung tinggi  oleh Abu Bakar.dan walaupun suasana sepeninggal Rasulullah itu  telah berubah,ia tetap bersikeras melaksanakan wasiat dan perintahRasulullah.Maka bergeraklah pasukan usamah ke romawi,yakni setelah Khalifah meminta izin kepadsa Usamah agar Umar di bolehkan tinggal di madinah tuk mendampinginya.
Maka tatkala kaisar romawi Heraklius mendengar berita wafatnya rasululloah,pada saat bersamaan mendapat berita kedatanggan pasukan Islam menyerang perbatasan Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.ia pun merasa heran terhadap kekuatan muslimin karena wafatnya Rasulullah tidak menpengaruhi sedikitpun rencana dan kemampuan mereka!
Demikianlah Romawi merasa kecut,dan mereka tidak berani menyerang tanah air islam di jazirah arab.Usamah berhasil kembali dari medan pertempuran  dengan kemenangan gilang gemilang.mereka membawa harta rampasan yang banyak,melebihi perkiraan yang di duga orang.Hingga orang Islam saling  berkata :"Belum pernah terjadi suatu pasukan tempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang di bawa pasukan Usamah bin Zaid"   
Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin Zaid ra. bahwa Rasulullah Ibnu SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu.
Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!".
Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra. berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera usama berangkat''?Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat. Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak.
Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya, datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah. Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.
Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin itu.
Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi: Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya. Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah, jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya.
Abu Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki".
Kemudian Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar ra. datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah mendahului para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa pun. Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja".
Usamah ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah, dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan pasukan.


Wafatnya

Ia wafat pada tahun 54 hijrah di akhir masa pemerintahan Mu'awiyah, hati Usamah amat rindu sekali hendak berjumpa dengan Allah, hingga ruhnya telah resah gelisah dalam rongga dadanya, ingin kembali kembali ke tempat asalnya. Maka terbukalah pintu-pintu surga untuk menyambut salah seorang yang gemar beramal baik dan bertakwa.

            Referensi
v     Rijaal haular Rasul,edisi indonesia, Khalid Muh Khalid
v     Suwaruum min hayaatis Shohabah,edisi indonesia,Karya Abdurrahman Ra'fat Basya,terbiatan Duran Nafa –is-beirut.
v     (Ibnu Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ



KETEGUHAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


Pada masa awal diutusnya Nabi saw, beliau mendakwahkan agama Islam dikota Makkah secara sembunyi-sembunyi. Dengan alasan keselamatan, kaum muslimin pada masa itupun menyembunyikan keislaman mereka. Hingga ketika jumlah kaum muslimin telah genap tiga puluh delapan orang, Abu Bakar ra mendesak Rasulullah saw untuk menda'wahkan dienul Islam secara terang-terangan. Berkatalah Rasulullah saw, "Wahai Abu Bakar, … sesungguhnya jumlah kita masih sedikit," Akan tetapi Abu Bakar tetap mendesak Rasulullah saw, sehingga beliau bersedia keluar menuju masjid berikut kaum muslimin.
Di masjid mereka berpencar di sudut-sudut masjid, setiap orang berada pada kabilahnya masing-masing. Berdirilah Abu Bakar ra dihadapan manusia sambil berkhutbah. Sehingga dialah orang yang pertama kali berkhutbah menyeru manusia kepada Allah. Ketika orang-orang musyrik mendengar Abu Bakar ra mencela tuhan-tuhan mereka dan menyalahkan agama mereka, spontan mereka marah kepada Abu Bakar ra dan kaum muslimin. Mereka memukuli kaum muslimin di sudut-sudut masjid tersebut dengan pukulan yang  keras, sementara Abu Bakar ra sedang menyampaikan dien secara jahar (terang-terangan). Sekelompok orang-orang musyrikin mengelilingi dan memukulinya habis-habisan sampai beliau jatuh ke lantai, sementara usia beliau ketika itu telah mendekati 50an. Salah seorang fasiq diantara mereka yaitu Utbah bin Rabi'ah mendekati Abu Bakar lalu menginjak perut dan dadanya serta memukul wajah Abu Bakar ra dengan kedua terompahnya sampai kulit wajah Abu Bakar ra terkoyak dan berdarah lalu beliau jatuh pingsan.
Saat itu datanglah Bani Taim (kabilah Abu Bakar), membelanya serta berusaha menghalau orang-orang musyrik. Mereka menggotong Abu Bakar ra dengan selembar kain. Mereka menduga kuat bahwa ia telah meninggal. Setelah sampai di rumahnya ia dibaringkan. Ayahnya dan sebagian kaumnya duduk di samping kepalanya. Mereka berbicara kepadanya namun ia tak dapat berbicara sama sekali. Pada sore hari, Abu Bakar ra mulai siuman dan  membuka kedua matanya. Kata-kata yang pertama meluncur dari lidahnya adalah, "Bagaimana keadaan Rasulullah saw ?". Mendengar pertanyaan itu ayahnya marah dan mencelanya lalu keluar. Kemudian ibunya duduk di sisi kepalanya untuk memberi makan dan minum, sementara ia mengulang-ulang pertanyaannya, "Bagaimana keadaan Rasulullah saw ?". Ibunya menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu-menahu tentang sahabatmu itu."
Abu Bakar Berkata, "Pergilah ke Ummu Jamil binti Khotthob, tanyakan kepadanya tentang Rasulullah."
Ummu Jamil adalah seorang muslimah yang menyembunyikan keislamannya. Maka keluarlah ibunya untuk mendatangi Ummu Jamil. Ia berkata kepada Ummu Jamil, "Sesungguhnya Abu Bakar bertanya kepadamu tentang Muhammad bin Abdullah." Ummu Jamil khawatir jika mereka mengetahui keislamannya. Lalu ia berkata, "Aku tidak kenal siapa itu Abu Bakar dan juga siapa itu Muhammad, akan tetapi jika engkau mau aku akan pergi bersamamu untuk menemui anakmu."
Ibu Abu Bakar menjawab, "Ya, baiklah!"
Akhirnya mereka bersama-sama menuju rumah Abu Bakar. Setelah sampai di rumahnya masuklah Ummu Jamil. Dia melihat tubuh Abu Bakar yang terkoyak wajahnya dan mengalirkan darah, ia menangis seraya berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kaum yang berbuat seperti ini terhadapmu benar-benar kaum yang fasiq dan kafir. Sungguh aku berharap semoga Allah membalas perbuatan mereka itu."           
Abu Bakar menoleh kepadanya dengan sangat berat dan hampir-hampir tak dapat menoleh. Ia berkata, "Wahai Ummu Jamil… bagaimana keadaan Rasulullah saw ?"
Ummu Jamil melihat ke arah ibu Abu Bakar yang sampai saat itu masih belum masuk Islam. Ia merasa khawatir jika perempuan itu sampai membocorkan rahasia-rahasia kaum muslimin kepada orang-orang kafir. Lalu Ummu Jamil berkata kepada Abu Bakar, "Sementara ibumu di sini mendengar?!" Ia menjawab, "Engkau tidak perlu khawatir dengannya." Lalu dijawablah pertanyaan Abu Bakar tadi, "Rasulullah saw selamat dan baik-baik saja."
"Sekarang di mana beliau?" desak Abu Bakar.
"Di rumah Abul Arqam." jawab Ummu Jamil.
Setelah itu ibunya berkata, "Kamu telah mengetahui kabar sahabatmu, nah sekarang makan dan minumlah." Abu Bakar menjawab, "Tidak… aku bersumpah atas nama Allah bahwa aku tidak akan makan dan minum sampai aku datang menemui Rasulullah saw lalu melihatnya dengan mataku."
Lalu keduanya menahan Abu Bakar sampai malam hari dimana orang-orang sudah mulai tidur. Pada malam hari ia berusaha untuk bangkit akan tetapi tak mampu juga. Lalu ia keluar dengan dipapah oleh ibunya dan Ummu Jamil untuk menemui Rasulullah saw. Ketika Nabi saw melihatnya, beliau langsung memeluk dan menciuminya. Demikian juga kaum muslimin, mereka semua memeluknya. Rasulullah saw sangat iba dan kasihan terhadapnya. Sementara Abu Bakar berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu wahai Rasulullah, kondisiku tidaklah mengapa selain pukulan seorang fasiq yang mengenai wajahku." Kemudian Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, ini ibuku, dia sangat baik terhadap anaknya… sedangkan engkau adalah seorang yang diberkati… maka ajaklah dia ke jalan Allah swt, dan do'akanlah untuknya, semoga Allah menyelamatkannya dari api neraka."
Lalu Rasulullah saw mendo'akannya dan mengajaknya ke jalan Allah, maka perempuan itupun masuk Islam…
Lihatlah pada gunung yang kokoh ini… Abu Bakar ra… perhatikan-lah betapa semangatnya beliau dalam berdakwah menyeru kepada Allah… sungguh mengagumkan keteguhan beliau yang sangat kuat di atas dien ini.
Sekarang tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang telah kamu persembahkan untuk Islam? Berapa orang yang telah mendapat hidayah karena sebabmu? Apakah engkau telah bersabar dalam menanggung ujian di jalan Allah? Dan apakah engkau telah mengajak manusia kepada yang ma'ruf dan mencegah mereka dari yang munkar?
Jadilah  engkau seorang pahlwan pemberani… ibarat gunung-gunung yang kokoh. Dan Allah akan menolongmu serta meluruskan langkahmu…


Ali bin Abu Tholib



S
eusai ditandatanganinya perjanjian Hudaibiyyah di bulan Dzulqa'dah tahun keenam Hijriyah, Rasulullah saw dan kaum muslimin merasa lega karena musuh yang selama ini paling sengit memerangi kaum muslimin, yaitu Quraisy telah menawarkan perdamaian dan gencatan senjata selama sepuluh tahun.
Namun demikian, masih ada satu musuh lagi yang selalu menunjukkan permusuh-annya dan melancarkan berbagai jurus makarnya untuk menghabisi kaum mus-limin serta melemahkan kekuatan Islam. Musuh tersebut adalah kaum Yahudi yang telah berulang kali melakukan peng-khianatan terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin. Pada masa awal Rasulullah saw dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, beliau telah membuat suatu perjanjian dengan kaum Yahudi yang isinya kesepakatan bersama untuk hidup berdampingan secara damai di kota Madinah serta bersama-sama menjaga keamanan kota tersebut dari setiap serangan yang datang dari luar. Akan tetapi perjanjian tersebut mereka langgar berulang kali, bahkan salah satu suku dari mereka yaitu Bani Nadzir pernah mem-buat suatu makar jahat, berupa upaya pembunuhan terhadap Rasulullah saw.
Kekuatan Yahudi saat itu terpusat di Khaibar, satu kota yang besar, memiliki beberapa benteng yang berlapis-lapis dan kebun-kebun kurma yang subur. Mereka memiliki delapan benteng yang besar di kota tersebut dan mereka sangat yakin bahwa kekuatan mereka tidak akan mungkin dikalahkan oleh tentara manapun karena benteng-benteng ter-sebut sangat kokoh dan berlapis-lapis. Kota tersebut terletak 60 – 80 mil di utara Madinah.
Keberadaan mereka di Khaibar sangat membahayakan Islam dan kaum mus-limin. Sebelumnya telah terbukti bahwa kaum Yahudi Khaibar inilah yang mem-provokasi suku Quraisy dan Ghothofan (dua suku besar Arab) untuk berkoalisi menyerang kaum muslimin dalam suatu peperangan yang dikenal dengan perang Ahzab (perang Khandaq). Mereka juga yang telah mendesak suku Quraidhah (suku Yahudi di Madinah yang belum pernah melanggar perjanjiannya ter-hadap Nabi saw) untuk melanggar per-janjian dan ikut bergabung dalam pasukan Ahzab (sekutu) memerangi Rasulullah saw dan kaum muslimin.
Bukti-bukti tersebut cukup kuat bagi Rasulullah saw untuk memberikan hu-kuman yang setimpal atas kejahatan-kejahatan mereka. Maka pada akhir bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah keluarlah Rasulullah saw bersama 1.400 sahabatnya menuju Khaibar. Pada saat itu Yahudi Khaibar memiliki kekuatan tentara tak kurang dari 10.000 prajurit serta memiliki persenjataan yang lengkap.
Peperangan yang cukup sengit terjadi di sekitar benteng Naa'im, satu dari delapan benteng mereka yang terkenal kokoh. Berkali-kali tentara kaum mus-limin mencoba untuk menjebol benteng tersebut tetapi selalu gagal. Pada suatu malam Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya:

"Sungguh aku akan menyerahkan panji perang ini besok kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberikan ke-menangan lewat kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya." Para sahabat pun sibuk membicarakan ten-tang siapakah yang akan menerima panji tersebut. Pagi harinya para sahabat men-datangi Rasulullah saw, masing-masing dari mereka berharap bahwa dialah yang akan diserahi panji perang tersebut. Lalu beliau saw bersabda, "Di manakah 'Ali bin Abi Thalib?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata." Beliau bersabda, "Panggillah dia untuk datang kesini." Ia pun didatang-kan lalu Rasulullah saw  meludah pada kedua matanya dan mendo'akannya, se-ketika itu juga sembuhlah sakitnya bahkan seolah-olah tidak pernah sakit sebelumnya. Kemudian beliau menyerah-kan panji perang tersebut kepadanya. Lalu 'Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah aku perangi mereka hingga men-jadi muslim seperti kami?" Beliau ber-sabda, "Berjalanlah dengan perlahan sampai engkau mendatangi halaman mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahulah tentang hak-hak Allah yang wajib atas mereka. Demi Allah! Seandainya Allah memberi hidayah kepada satu orang saja dengan sebabmu maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta yang merah-merah." (HR. Bukhari)

Adapun pengaruh dari tiupan ludah Rasulullah saw kepada 'Ali tersebut dilukiskan sendiri oleh Ali sebagai ber-ikut, "Aku tidak pernah sakit mata dan tidak pernah pusing semenjak Rasulullah saw mengusap wajahku dan meludah pada kedua mataku pada waktu perang Khaibar yaitu saat beliau menyerahkan panji perang kepadaku." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la, hadits shahih)

Kemudian kaum muslimin kembali menggempur benteng-benteng Yahudi dengan semangat yang baru. 'Ali bin Abi Thalib keluar memimpin kaum mus-limin menuju benteng tersebut. Sebelum melakukan penyerangan dia menyeru orang-orang Yahudi untuk masuk Islam, akan tetapi mereka menolak seruan tersebut dan mereka menantang kaum muslimin dengan dipimpin oleh Marhab, raja mereka. Marhab menantang perang tanding (duel) seraya berkata:
"Medan Khaibar telah tahu bahwa akulah Marhab!
Penyandang senjata pahlawan yang teruji!
Jika peperangan telah berkecamuk dan menyala!"

Amir bin Al Akwa' ra maju untuk menghadapinya, perang tanding berjalan seru, namun Amir terbunuh sebagai syahid. Melihat kenyataan ini Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya baginya dua pahala (seraya beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya) sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan mujahid yang sedikit sekali seorang Arab yang berjalan seperti dia." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan sombongnya Marhab menan-tang sekali lagi perang tanding seraya melantunkan bait-bait syair di atas. Mendengar tantangan Marhab tersebut maka 'Ali bin Abi Thalib maju seraya berkata:
"Akulah yang diberi nama oleh ibuku dengan Haidaroh (singa)
Bagaikan singa hutan yang seram tampangnya.”
Sekejap saja beliau berhasil memukul kepala Marhab dan menewaskannya saat itu juga. Kemudian kemenangan kaum muslimin dapat diraih dengan kepemim-pinan 'Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Ishak meriwayatkan dari Abu Rafiq ra bahwa ia berkata, "Ketika peperangan berkecamuk, 'Ali bin Abi Thalib sempat mengambil salah satu pintu benteng untuk dijadikan tameng (perisai)nya, pintu tersebut senantiasa dipegangnya sambil berperang menghadapi lawan sampai Allah memberikan kemenangan atas kami, setelah itu beliau lemparkan pintu tersebut. Sungguh aku menyaksi-kan bahwa delapan orang di antara kami berupaya keras untuk membalikkannya tetapi kami tak kuasa (karena beratnya)."

Demikianlah 'Ali bin Abi Thalib seorang pahlawan Islam yang pemberani lagi zuhud terhadap dunia. Dia pernah berkata, "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti adalah hawa nafsu dan panjang angan-angan. Hawa nafsu akan menghalangi seseorang dari mengikuti kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan membuat seorang hamba lupa terhadap akheratnya. Ingatlah! Sesungguhnya dunia berlalu ke belakang (meninggalkan kita) sementara akherat datang menjemput kita. Masing-masing dari keduanya memiliki putra, maka jadilah kalian putra-putra akherat dan janganlah menjadi putra-putra dunia. Sungguh hari ini adalah saat beramal dan tidak ada hisab, dan kelak yang ada hanyalah hisab dan tidak ada lagi kesempatan beramal."

Alangkah butuhnya Islam terhadap pemuda-pemuda seperti beliau yang tulus mencintai Allah dan Rasul-Nya, lemah lembut terhadap orang yang beriman, tegas terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut cercaan orang-orang yang suka mencerca. Inilah sifat-sifat generasi yang diharapkan oleh Islam. Inilah kriteria generasi yang akan membawa perubahan (lihat Qs. Al Maidah[5]:54).  Imam Malik rahimahullah pernah berkata, "Tidak akan menjadi baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang generasi awal umat ini menjadi baik dengannya." Ya, benar! Generasi awal umat Islam tidak melejit menjadi jaya (mulia) kecuali dengan meluruskan aqidah dan tauhidnya, men-jadikan Allah, Rasul dan berjihad di jalan-Nya lebih dicintai daripada dunia dan seisinya (lihat Qs. At Taubah[9] :24)


Sumber : 1. Ar Rahiiqul Makhtuum, Shafiyyur-
   rahman Al Mubarakfuri
2. Taariikhul Khulafaa', Al Hafidh
    Jalaaluddin As Suyuthi